Senin, 11 Januari 2010

PUISI ROHANI

= KAYU SALIB =

Sering bertanya dimana Tuhan
Dimana cinta
dan dimana keadilan

Tuhan tak peduli
Tuhan tak mengerti
Penderitaan adalah kebencian
kesedihan adalah kenyataan
airmata adalah teman hidup

tanpa pernah menyadari
Tuhan dekat
Tuhan peduli
Tuhan sangat mengerti
Hati yang buta
hati yang tak mampu melihat kasih
Kayu salib
tak ada bandingnya dengan kesakitanmu



= WAKTU UNTUK TUHAN =


Waktu terus berputar
mengitari diri dengan segudang aktifitas
Tak sedetikpun terlewati
dan tentu saja tak akan pernah kembali

Pagi sudah bosan
malam sudah tak peduli
dan Tuhan bersedih
Karena waktu tidak mengenal-Nya

24 Jam sekali
tak adakah bagian untuk-KU ?
satu atau jam saja
Akhhh.....Tuhan benar benar menangis



= PADA SIAPA LAGI =

Pada siapa lagi kugantungkan hidupku
pada siapa lagi kuberharap agar nafas ini masih tetap berhembus

pada siapa lagi kupercaya indahnya dunia
pada siapa lagi kuberharap akan ada hari esok

pada siapa lagi kupasrahkan nasib
pada siapa lagi kuberharap tempat keabadian surgawi

Ya Allah...
Pada-MUlah semuanya
Bukalah pintu jalan tobat-MU
terangilah aku dengan sinar cinta-MU



= DUNIA DAN SURGA =

saat waktu berputar
diri tenggelam dalam kenikmatan duniawi
kenikmatan yang dinilai abadi dan jaya

hidup berjalan mengiringi waktu
mengiringi setiap langkah dan desahan

Mendaki puncak kenikmatan
berusaha sampai pada tujuan
sesampainya ...
hanyalah pemandangan semu
menjadi bayang bayang kelabu

Arti nikmat duniawi
hanyalah menyajikan kebahagiaan yang samar
hanyalah memberikan emas sejengkal
hanyalah bumi kecil
yang dapat dimusnakan sang pencipta dalam hitungan detik


sementara tempat keabadian surgawi dilupakan
dimana ada kebahagiaan nyata
bukan semu
bukan pura pura
sekelilingnya tertutup emas
yang takkan pernah binasa dan selalu abadi


= AKU HANYALAH AKU =

Aku hanyalah aku
tanpa teman
tanpa sahabat
tanpa kawan bicara

aku hanyalah aku
berkelana melalangbuana
mencari jati diriku sendiri
diantara dunia yang semakin tak menentu

berjalan
berlari
berjalan lagi
berlari lagi

sampai langkah menyerah pada jalanan
sampai lutut bergetar menghantam tanah berpijak
diantara pasrah dan kerinduan
diantara hayalan dan kenyataan

nafas memburu
tenaga tak berdaya
hanya bisa katupkan telapak tangan
menaikkan doa pada yang kuasa
Bahwa tanpa TUHAN
Ternyata aku tetaplah aku
manusia lemah yang tak punya kekuatan apa apa

By : Anita Pesik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Posting Terbaru

Translate To Your Language

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified